Keterlibatan Bagian Obstetri Ginekologi FKUP/RSHS dalam penanggulangan Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) sudah dimulai sejak berdirinya Bagian tersebut, namun peningkatan minat terhadap penyakit tersebut baru tampak secara nyata pada akhir tahun enampuluhan, yaitu pada saat pendidikan Spesialis Obstetri Ginekologi diakui secara resmi. Pada saat itu, istilah PTG belum dikenal. Para pengelola hanya mengenal Mola Hidatidosa (MH) yang jinak dan Koriokarsinoma (Kr) yang ganas. Kedua-duanya dianggap sebagai kelainan dalam bidang Obstetri Ginekologi. Oleh karena itu, cara pendekatannyapun bersifat monodisiplin dengan titik berat pada aspek klinik.
Baru kemudian disadari bahwa kedua bentuk kelainan tersebut sering menunjukkan gejala-gejala non obstetri/ginekologi, seperti hipertensi dan tirotoksikosis pada MH, sesak dan batuk darah atau atau kelainan neurologi pada penderita Kr yang telah menyebar ke paru-paru dan/atau otak. Seringkali kami menghadapi kematian mendadak pada kasus MH, tanpa mengetahui dengan pasti sebabnya. Baru kemudian kami sadar bahwa sebab kematiannya adalah Krisis Tiroid. Tidak jarang pula kita menerima rujukan dari Interne atau Neurologi, yang dirawat di Bagian mereka dengan diagnosis tuberkulosis paru atau perdarahan otak, yang kemudian ternyata adalah kasus Kr stadium III dan IV.
Kenyataan ini mengharuskan perubahan yang mendasar dalam cara penanganannya, yaitu dari pendekatan yang sifatnya monodisiplin oleh Bagian Obstetri Ginekologi saja, menjadi multidisiplin yang melibatkan, antara lain, Bagian Interne, Neurologi, Radiologi, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
Dalam perkembangan ilmu dan bioteknologi selanjutnya ada empat hal yang perlu dicatat, yaitu : 1). MH dan Kr kedua-duanya berasal dari vili korialis, terutama sel trofoblasnya, yang berasal dari dari suatu kehamilan. 2). Kr yang ganas, sebagian besar didahului oleh MH. 3). Kr bukan keganasan satu-satunya pasca MH, tetapi ada pula bentuk lain, seperti Mola Invasif (MI), Placental Site Trophoblastic Tumor (PSTT) dan Persistent Trophoblastic Disease (PTD). 4). Kr dan keganasan trofoblas lainnya, dapat pula terjadi pasca kehamilan non mola, seperti abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan aterm. Dengan adanya pengertian tersebut maka terjadi perubahan istilah. Semua kelainan trofoblas yang berasal dari kehamilan, baik yang jinak maupun ganas disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease (GTD) atau Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG). Istilah ini dipilih, untuk membedakan dengan penyakit trofoblas yang bukan berasal dari kehamilan, yang disebut sebagai Non Gestational Trophoblastic Disease, yang berasal dari Teratoma. Khusus untuk kelompok yang ganas disebut Gestational Trophoblastic Tumor/Neoplasm (GTT/N) atau Tumor Trofoblas Ganas (TTG).
Mengingat bahwa 15-20% penderita pasca MH dapat mengalami transformasi keganasan menjadi TTG, maka semua penderita pasca MH harus dipantau, secara teratur, selama minimal satu tahun, agar adanya perubahan ke arah keganasan dapat diketahui sedini mungkin. Upaya pemantauan atau follow up ini, harus didukung dan bekerja sama dengan unsur-unsur kesehatan di luar RS, seperti RS Daerah, Puskesmas, SpOG, Dokter Umum dan Bidan, serta tidak bisa dipisahkan dari pelayanan komprehensif di RS yang bersifat multidisiplin tadi. Bentuk pengelolaan semacam ini banyak dianut oleh negara maju, dan disebut sebagai TROPHOBLASTIC CENTER. Misalnya New England Trophoblastic Center di negara bagian New England, USA, atau Charing Cross dan Sheffield Trophoblastic Center di London dan Sheffield, Inggris.
Gagasan untuk membentuk Trophoblastic Center di RSHS mulai dimunculkan setelah salah satu staf Obstetri Ginekologi (Djamhoer Martaadisoebrata) menyelesaikan disertasinya dalam PTG pada tahun 1980, dengan judul : Problematik Penyakit Trofoblas dilihat dari segi Epidemiologi serta Pengelolaannya. Pendekatan multidisiplin di RSHS segera dimulai. Walaupun secara struktural, lebih banyak merupakan Kelompok Kerja, tetapi keberadaan dan keabsahan anggotanya sudah diakui, dan secara fungsional sudah bekerja aktif, dengan menggunakan protokol kerja yang disepakati.
Minat Bagian Interne di bidang PTG sedemikian besar, sehingga salah satu konsulennya, yaitu Hartini Karyadi dr SpPD (sekarang sudah Guru Besar), mengambil Program Doktornya dalam bidang PTG, dengan judul : Identifikasi Penduga Potensial untuk Diagnosis Tirotoksikosis pada penderita Mola Hidatidosa.
Ajakan secara terbuka kepada fihak –fihak di luar RSHS, baru bisa dilaksanakan pada Seminar Sehari Penanggulangan Penyakit Trofoblas, yang diselenggarakan pada 29 Agustus 1987 di Bandung, dengan bekerja sama dengan Kanwil Kesehatan Jabar dan Yayasan Kanker Indonesia Pusat.
Sejak itu, keberadaan “Bandung Trophoblastic Center” secara “de facto” makin dikenal dan diakui. Hal ini terlihat dari makin banyaknya rujukan kasus trofoblas, terutama yang ganas. Di samping itu, setelah kita mengadakan audiensi dan presentasi, Pimpinan YKI Pusat baru menyadari bahwa TTG termasuk salah satu jenis kanker penting di Indonesia, yang belum mendapat perhatian secara proporsional. YKI Pusat mulai memberikan dukungan dalam bentuk pemberian dana untuk kegiatan ilmiah, penelitian dan pengadaan obat sitostatika bagi penderita tidak mampu yang di rawat di RSHS. Antara lain, YKI pernah membiaya untuk mengikuti dan membawakan makalah trofoblas pada “The 11th Asia Pacific Cancer Conference, November 16-19, 1993”, di Bangkok.
Walaupun Visi dan Misi-nya pada saat itu belum pernah diungkapkan secara jelas, tetapi tujuan dan program kerjanya sudah mulai terarah dan dilaksanakan secara berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik, dengan Catchment Area seluruh Jawa Barat.
Dalam bidang Pelayanan, walaupun masih sederhana sudah ada Protokol yang mencakup kegiatan Diagnostik, Terapi, Follow Up dan Registrasi. Sejak tahun 1986, sistem registrasi sudah dilakukan secara komputerisasi.
Dalam bidang Pendidikan formal, telah disusun kurikulum untuk calon Dokter Umum, dan peserta PPDS. Dalam bentuk Continuing Medical Education, telah dilakukan Simposim/Seminar untuk anggota POGI Jabar dan Bidan, antara lain, kami telah menyelenggarakan Seminar Sehari Penyakit Trofoblas Gestasional untuk kedua kalinya, pada 27 Maret 1998, di Bandung.
Buku-buku PTG yang digunakan dalam pendidikan formal, sebagian besar diambil dari buku luar negeri. Dilihat dari segi keilmuan dan teknologi, buku-buku tersebut memang sangat berguna, tetapi aplikasi klinisnya sering tidak sesuai. Oleh karena itu, kami pada tahun 2005, menerbitkan buku dengan judul “Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas Gestasional”, dan “Protokol Pengelolaan Penyakit Trofoblas Gestasional”.
Dalam kurun waktu 25 tahun tahun, berbagai penelitian telah dilakukan, baik dalam aspek epidemiologi klinik, paraklinik, biomolekuler maupun manajerial. Semuanya ini membuahkan sejumlah publikasi yang disampaikan dalam berbagai forum, seperti PIT/KOGI, Asian Oceanic Federation of Obstetrics and Gynecology (AOFOG), Internal Society of the Study Trophoblastic Disease (ISSTD), majalah Majalah Kedokteran Bandung (MKB) dan Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia (MOGI).
Dalam upaya untuk mensejajarkan diri dengan pakar internasional, kita menerima tawaran kerja sama dari Medical Bioregulation, Kyushu University, Japan, pada tahun 1994 s/d 1996, dalam bidang penelitian biomolekuler. Dari kerja sama tersebut kita berhasil mempunyai seorang Biomoleculer Scientist yang mempunyai minat khusus dalam bidang PTG, yaitu Prof Dr M Nurhalim Shahib. Di samping itu, kita dan Jepang berhasil mempublikasikan makalah bersama dengan judul : Genetic Origin of Malignant Trophoblastic Neoplasm Analyzed by Sequence Tag Site Polymorphic Markers, yang dimuat dalam majalah Amerika Gynecology Oncology.
Dengan makin bertambahnya kegiatan dan kepecayaan, kami mengusulkan kepada Direktur Utama RSHS agar bisa dikeluarkan Surat Keputusan tentang keberadaan “Bandung Trophoblastic Center” ini. Akhirnya dengan :
SK Direktur Utama RSHS Nomor: 138/D1.8-32/PM.00.01/IX/2005
terbentuklah :
PUSAT PENGELOLAAN PENYAKIT TROFOBLAS GESTASIONAL BANDUNG
(P3TGB)
Kamis, 30 Juli 2009
Acara Ilmiah
Hubungan internasional sebetulnya sudah dimulai pada tahun 1982, dengan menjadi anggota tidak tetap dari “International Society for the Study of Trophoblastic Disease” (ISSTD), dengan mengikuti World Congress-nya yang pertama di Nairobi, Kenya. Selanjutnya, pertemuan ini dilakukan tiap dua tahun sekali, dan yang terakhir, XIIIth World Congress, diadakan di Hongkong pada 23-26 Oktober 2005. Pada Kongres tersebut, delegasi Bandung membawa dua oral presentation dan tiga poster. Kedua makalah tersebut kemudian diterima untuk diterbitkan di “The Journal of Reproductive Medicine”, masing-masing dengan judul Invasive Mole, Indonesian Perspective (Martaadisoebrata D), dan Detection of Hash 2 Gene Expression in Gestational Trophoblastic Diseases ( Shahib MN, Martaadisoebrata D).
Saat ini kami sudah menjadi anggota tetap dari ISSTD, dan kepada kami ditawarkan untuk menyelenggarakan World Congress yang ke XVIII, pada tahun 2015, dan kami menerimanya.
Perlu disampaikan pula bahwa di samping dua orang yang sudah disebut di atas, masih ada tiga orang lagi yang mengambil gelar Doktor di Unpad dengan materi kajian Penyakit Trofoblas Gestasional, yaitu :
1. Dr Dinan S Bratakoesoemah dr SpOG (UNPAD) : Skor Risiko dan Analisa Kurva Regresi.
2. Prof Dr Soetoto dr SpOG (UNDIP) : Peranan BCG dalam meningkatkan respon imuno seluler pasca Mola Hidatidosa.
3. Dr Edward Sugita dr SpPK ( UNPAD) : Faktor imunogenetik dalam menentukan risiko terjadinya Mola Hidatidosa dan Koriokarsinoma pasca Mola.
Dari berbagai pertemuan ilmiah seperti PIT dan KOGI, dan kasus rujukan dari para SpOG daerah, dapat dirasakan adanya kesenjangan dalam wawasan, pengertian dan kemampuan mengelola PTG, khususnya TTG, baik secara institusional maupun pribadi. Banyak kasus TTG yang dikelola secara tidak profesional, baik dalam bentuk “overtreatment” maupun “undertreatmnet”, kedua-duanya merugikan penderita. Bila saja masyarakat lebih waspada, tidak mustahil, banyak sejawat kita yang dituntut atas dasar Malapraktek.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut, P3TGB berinisiatif untuk mengadakan Seminar Nasional PTG. Inisiatif ini mendapat sambutan dan dukungan yang positif dari berbagai fihak, antara lain Ketua HOGI dan Ketua-Ketua Sub Bagian Onkologi Obstetri Ginekologi. Akhirnya, kita berhasil menyelenggarakan Seminar Nasional tersebut, pada tanggal 7-8 April 2006, di Hotel Savoy Homann Bidakara, Bandung, dengan Tema :
Menyamakan Persepsi, Wawasan dan Kemampuan Profesional Dalam Menanggulangi Penyakit Trofoblas Gestasional, Melalui Peningkatan Kompetensi Klinik, Etik dan Manajerial.
Seminar Nasional tersebut dinilai berhasil berdasarkan kriteria tersebut di bawah ini :
1. Kita berhasil menghadirkan 4 pembicara luar negeri, yaitu Prof Ernest I Kohorn, Yale University, USA, Urvashi Surti, Pittsburgh, USA, Prof Hextan YS Ngan dan Dr Karen Kar Loen Chan, dua-duanya dari University of Hong Kong.
2. Jumlah peserta labih dari 200 orang, yang mewakli hampir seluruh Indonesia, dengan aktivitas diskusi yang tinggi.
3. Adanya kesepakatan yang diputuskan pada Business Meeting, bahwa Seminar Nasional PTG perlu diadakan secara berkala, dengan antar waktu 2 tahun.
Saat ini kami sudah menjadi anggota tetap dari ISSTD, dan kepada kami ditawarkan untuk menyelenggarakan World Congress yang ke XVIII, pada tahun 2015, dan kami menerimanya.
Perlu disampaikan pula bahwa di samping dua orang yang sudah disebut di atas, masih ada tiga orang lagi yang mengambil gelar Doktor di Unpad dengan materi kajian Penyakit Trofoblas Gestasional, yaitu :
1. Dr Dinan S Bratakoesoemah dr SpOG (UNPAD) : Skor Risiko dan Analisa Kurva Regresi.
2. Prof Dr Soetoto dr SpOG (UNDIP) : Peranan BCG dalam meningkatkan respon imuno seluler pasca Mola Hidatidosa.
3. Dr Edward Sugita dr SpPK ( UNPAD) : Faktor imunogenetik dalam menentukan risiko terjadinya Mola Hidatidosa dan Koriokarsinoma pasca Mola.
Dari berbagai pertemuan ilmiah seperti PIT dan KOGI, dan kasus rujukan dari para SpOG daerah, dapat dirasakan adanya kesenjangan dalam wawasan, pengertian dan kemampuan mengelola PTG, khususnya TTG, baik secara institusional maupun pribadi. Banyak kasus TTG yang dikelola secara tidak profesional, baik dalam bentuk “overtreatment” maupun “undertreatmnet”, kedua-duanya merugikan penderita. Bila saja masyarakat lebih waspada, tidak mustahil, banyak sejawat kita yang dituntut atas dasar Malapraktek.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut, P3TGB berinisiatif untuk mengadakan Seminar Nasional PTG. Inisiatif ini mendapat sambutan dan dukungan yang positif dari berbagai fihak, antara lain Ketua HOGI dan Ketua-Ketua Sub Bagian Onkologi Obstetri Ginekologi. Akhirnya, kita berhasil menyelenggarakan Seminar Nasional tersebut, pada tanggal 7-8 April 2006, di Hotel Savoy Homann Bidakara, Bandung, dengan Tema :
Menyamakan Persepsi, Wawasan dan Kemampuan Profesional Dalam Menanggulangi Penyakit Trofoblas Gestasional, Melalui Peningkatan Kompetensi Klinik, Etik dan Manajerial.
Seminar Nasional tersebut dinilai berhasil berdasarkan kriteria tersebut di bawah ini :
1. Kita berhasil menghadirkan 4 pembicara luar negeri, yaitu Prof Ernest I Kohorn, Yale University, USA, Urvashi Surti, Pittsburgh, USA, Prof Hextan YS Ngan dan Dr Karen Kar Loen Chan, dua-duanya dari University of Hong Kong.
2. Jumlah peserta labih dari 200 orang, yang mewakli hampir seluruh Indonesia, dengan aktivitas diskusi yang tinggi.
3. Adanya kesepakatan yang diputuskan pada Business Meeting, bahwa Seminar Nasional PTG perlu diadakan secara berkala, dengan antar waktu 2 tahun.
Label:
acara ilmiah
Susunan kepengurusan
Pelindung : Direktur Utama
Penanggung Jawab : Direktur Pelayanan & Keperawatan
Ketua : Prof Dr Djamhoer Martaadisoebrata dr SpOG(K) MSPH
Sekretaris : Yudi M Hidayat dr SpOG
Bendahara : Anita D Anwar dr SpOG(K)
Anggota Tetap :
• Dr Dinan S Bratakoesoemah dr SpOG(K)
• Ali Budi Harsono dr SpOG
• Prof Dr M Nurhalin Shahib dr (Moleculer Biologist)
• Trinugroho Heri Fadjari dr SpPD-KHOM
• Nurdjaman Nurimaba dr SpS(K) (Neurologi)
• Anna Tjandrawati dr SpPK (Patologi Klinik)
• Brigitta M Dewayani dr SpPA (Patologi Klinik)
• Amaylia Oehadian dr SpPD (Interne)
• Setiawan S dr SpRad Onk (Radiologi)
• Soehartinah K Antono SpRad (Radiologi)
Anggota Tidak Tetap :
• Residen Kepala
• Bidan
Penanggung Jawab : Direktur Pelayanan & Keperawatan
Ketua : Prof Dr Djamhoer Martaadisoebrata dr SpOG(K) MSPH
Sekretaris : Yudi M Hidayat dr SpOG
Bendahara : Anita D Anwar dr SpOG(K)
Anggota Tetap :
• Dr Dinan S Bratakoesoemah dr SpOG(K)
• Ali Budi Harsono dr SpOG
• Prof Dr M Nurhalin Shahib dr (Moleculer Biologist)
• Trinugroho Heri Fadjari dr SpPD-KHOM
• Nurdjaman Nurimaba dr SpS(K) (Neurologi)
• Anna Tjandrawati dr SpPK (Patologi Klinik)
• Brigitta M Dewayani dr SpPA (Patologi Klinik)
• Amaylia Oehadian dr SpPD (Interne)
• Setiawan S dr SpRad Onk (Radiologi)
• Soehartinah K Antono SpRad (Radiologi)
Anggota Tidak Tetap :
• Residen Kepala
• Bidan
Langganan:
Postingan (Atom)